Tag Archives: kenangan

Another Angel Is Getting Married

28 Dec
Charlie's Angels

        Charlie’s Angels

 

  I

Delapan tahun lalu, tepatnya di Poli klinik USU, kutebar senyum ( yang kata mereka begitu murah 😀 )  dan berhasil menemukanmu. Senyum murah yang telah kau sambut dengan begitu hangat.

“Elma Rimayani Ginting, aku juga jurusan Sastra Inggris,” ucapmu ramah, mulai menjembatani senyum murah tadi ke arah yang jauh lebih bermakna dan kemudian kita kenal dengan istilah persahabatan.

Hitung hari menapaki kebersamaan sebagai mahasiswa baru, kita menemukan serpihan mutiara lain, yang pastinya telah digariskan oleh-Nya untuk mewarnai hari-hari kita.

“Nama saya Harwita Ginting dari Sidikalang,” ucapnya polos, dengan senyum yang juga polos, hampir sama murahnya dengan senyum yang tanpa sadar selalu merekah di bibirku.  Saat dia menyudahi pengenalan diri di depan kelas dan kembali menuju tempat duduknya, kita saling bertukar pandang dan senyum. Meskipun kita belum bertukar satu kata pun dengannya, hati kita seolah sudah merasakan hangatnya kehadirannya.

“Ma,” begitu aku memanggilmu. Panggilan yang begitu akrab dan lekat di ujung lidah. “Wit,” kita memanggilnya, panggilan singkat dengan segudang makna. “Ik,” kalian berdua memanggilku, sapaan yang hampir hanya kalian berdua yang menggunakannya tapi begitu lekat di hati.

Masih ingatkah kalian? Tawa, canda, cerita, kesal, dan amarah yang kita bagi bersama. Campuran rasa yang membuat empat tahun masa kuliah berlalu dalam sekejap mata. Entah hati siapa yang membuka, menawarkan dan menerima kasih duluan. Yang aku tahu, cinta kasih persahabatan tanpa sadar telah bersemi, tumbuh berkembang, mekar, dan berbuah di tengah-tengah kita. “We are The Charlie’s Angels,” ucapmu.

  II

“Menjadi orang dewasa ternyata tidak mudah,” ucapmu berbagi cerita, saat tuntutan kerja harus membuat kita terpisah jarak. Jalinan yang telah kita rajut bersama membuat jarak tak berarti. Suara dan pesan-pesanmu tetap bisa merekahkan senyum dan menghangatkan hati. Harus kuakui, aku mengasihimu.

 

      III

Charlie's Angels

Charlie’s Angels

Februari 2011.” I’m finally getting married. Kalian harus datang,” ucapmu riang. Di sana lah kami, menyaksikan tahap-tahap awal kau menapaki hidup baru bersama belahan jiwamu. Mengenang panjang dan rumitnya nya cerita cintamu, ingin meledak rasanya hati (karena suka) melihatmu menemukan pasangan hati yang terbaik untukmu. dari pengalamanmu, kuakui Tuhan begitu baik dan adil.

Dibalut kebaya merah, lengkap dengan pernak-pernik adat Karo lainnya, begitu cantik dan anggunnya dirimu. “Ma, kecantikan Han Jin Su bukan apa-apa dibandingkan alami cantikmu.” I cross my heart, dear.. 🙂

November 2012. “Tanggalnya sudah ditentukan, kemungkinan Desember atau Januari. Kalian harus datang, aku ga mau tahu.” Kali ini si nona Cabe yang berkata. Semua cerita dan pengalamannya tereka ulang dengan jelas di memori. Tawanya, cemberutnya, tangisnya, semua jelas di bola mata. Begitu suka hatiku, kembali kuakui betapa baiknya Tuhan, memberi begitu banyak suka tuk menyamarkan dan menghapuskan luka yang pernah tergores di hatinya.

One angel is securely and happily married. Another one is about to get married. And this other Angel is very happy for both of you. Am I getting married? Don’t worry, I will, when the right moment comes :). Just remember this:  no matter what happen, we are still and will be the Charlie’s Angels that loves  each other. I love you.

Momen

28 Dec

musicsongz.com

Tanah Karo, 26 Desember’11

Di ketinggian bukit ini,
Jauh dari bising manusia dan teknologi,
Ditemani ragam nyanyian burung,
Dimanja bisik halus daun bambu,
Dibelai mesra sang bayu,
Dikelilingi pegunungan hijau berpadu kekuningan jagung yg mulai menua,
Dengan bersandar di bidang bahumu,
Kupejamkan mata,
Perjelas mata dan rasa hati,

Kekasih, dengarlah…
Jauh dari dasar hati, tak ingin mengukir nama kita di pohon bambou minyak,
Seperti yang banyak terukir di sana.
Begitu indah lagu cintanya, tak kuasa hati melukai batang halusnya.

Kekasih, tak perlu ragu…
Dengan mata terpejam,
Jelas kulihat namamu, terukir di hatiku,
Tempat yang selalu aman buatmu,
Hanya kan hilang saat Dia memanggilku kembali,

Kekasih,…
Sekuat tenaga,
Ingin kuhentikan waktu, tak rela jika berlalu,
Ingin mengunci diri di tengah momen ini,—Indah, tenang, teduh,
PIkiranku tak aktif, hanya menopang hati berbisik syukur,–
Betapa besarnya Dia,–Memberiku momen berkesan di tengah suasana alam yang begini indah,

Kekasih,
Kusadar tak ada yang bisa mengikat dan menentang waktu,
Mau tak mau, kaki harus terus melangkah,
Jika tidak berburu, paling tidak senada dengan waktu,
Yakin lah satu hal,
Seiring kerja kamera mata dan memori otak– merekam dan menyimpan kenangan sekitar,
Sosokmu kan abadi di dalamnya.